Ekskavasi arkeologi tersebut diawasi oleh Tim Maloney, peneliti dari Griffith University, bersama dengan India Ella Dilkes-Hall dari University of Western Australia dan Andika Priyatno dari BPCB Kalimantan Timur. Tim di lapangan terkejut ketika melihat ada kerangka manusia yang kehilangan bagian kaki kiri dan tungkai bawahnya.
Analisis lebih lanjut yang dilakukan oleh Melandri Vlok, ahli paleopatologi dari University of Sydney, mengkonfirmasi adanya pertumbuhan tulang yang berhubungan dengan penyembuhan.
Hasil analisisnya menyimpulkan bahwa anggota badan itu telah diamputasi melalui pembedahan beberapa tahun sebelumnya ketika individu tersebut masih anak-anak.
“Hal ini merupakan sebuah kejutan besar bahwa pemburu purba ini selamat dari operasi yang sangat serius yang dapat mengancam keselamatannya, bahkan bekas lukanya pun telah tertutup dengan baik,” kata Vlok dilansir National Geographic.
Kelompok masyarakat ini telah tinggal selama bertahun-tahun di daerah pegunungan dengan mobilitas yang berubah dan bukti amputasi ini menunjukkan tingginya derajat kepedulian masyarakat.
Sebelumnya, penelitian arkeologi di wilayah Eurasia dan Amerika telah menemukan tulang manusia yang menunjukkan tanda-tanda adanya operasi amputasi pada zaman prasejarah, termasuk lubang yang dibor di bagian tengkorak (trepanasi).
Sebelumnya, bukti tertua adanya operasi amputasi pada manusia ditemukan pada kerangka berumur 7.000 tahun dari seorang petani Zaman Batu dari Perancis yang pulih setelah lengannya dipotong.