Ini sudah dimulai dengan produksi nikel sebagai salah satu bahan pembuat baterai listrik untuk mobil listrik.
“Di Australia ada litium dan Indonesia memiliki nikel kalau digabung jadi baterai mobil listrik. Saya bilang kepada PM Australia minta litium dibawa ke Indonesia saja, kita bersama-sama melakukan hilirisasi di Indonesia,” ujar Presiden.
Kemudian ada konsep ekonomi hijau. Indonesia memiliki potensi besar di bidang energi terbarukan (renewable energi). Ada potensi 443.00 megawat baik dari hydro power, geothermal, solar panel hingga angin.
“Semuanya ada. Inilah kesempatan para investor untuk bekerjasama, untuk berinvestasi membawa investasi teknologi karena ini membutuhkan uang yang tidak sedikit untuk bersama membangun ekonomi hijau di Indonesia,” ungkap Presiden Jokowi.
Indonesia telah menyiapkan lahan seluas 30.000 hektar di Kalimantan Utara yang disiapkan untuk pembangunan green industrial park untuk membangun berbagai produk hijau di Indonesia.
Presiden yakin para investor akan tertarik untuk menanamkan modal mereka di Indonesia. Apalagi ada sungai Kayan yang bisa digunakan untuk memproduksi energi bersih yakni hydro power sebesar 13.000 megawat.
Potensi lain yang bisa dikembangkan adalah digitalisasi. Dalam hal ini, Jokowi meminta agar negara-negara maju mau membantu para pelaku usaha kecil (mikro) karena dengan digitalisasi ini pelaku usaha mikro bisa terbantu.
Presiden menjelaskan, dalam kurun waktu tiga tahun, sebanyak 19 juta pelaku usaha mikro telah memiliki digital platform dari 64 juta UMKM yang ada di Indonesia.