WARTABANJAR.COM, JAKARTA- Masih marak kasus kematian balita usai mengonsumsi obat sirup untuk meredakan batuk, pilek dan demam yang mengakibatkan gagal ginjal akut (acute kidney injury), muncul pertanyaan apakah alternatif pengobatan yang aman untuk anak sebagai penggantinya.
Terlebih lagi sekarang Kementerian Kesehatan telah melarang 102 obat sirup yang sempat dikonsumsi pasien gagal ginjal akut untuk dikonsumsi anak-anak.
Bagaimana bila sebagian obat tidak bisa dibuat dalam bentuk serbuk atau puyer?
Belum lagi ada anak yang tidak bisa mengonsumsi obat dalam bentuk serbuk apalagi pil.
Dalam diskusi bersama Polemik MNC Trijaya, Sabtu (22/10/2022), juru bicara Dewan Pakar Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Profesor Keri Lestari menyebut masyarakat bisa mempertimbangkan terapi non-farmakologi.
Bila terapi farmakologi adalah terapi menggunakan obat, maka terapi non-farmakologi adalah terapi selain dengan obat.
Keri menyebut, IAI saat ini memang tengah menggalakkan terapi non-farmakologi ke publik.
Kata Keri, masyarakat bisa menangani demam dengan kompres atau dibalur bawang merah.
Jika gejala penyakit belum kunjung reda, obat bisa jadi solusi namun tetap harus berkonsultasi dengan dokter.
“Intinya, kalau selama ini demam sedikit lalu cari obat ke warung, kami mengimbau pada masyarakat untuk saat ini dan juga ke depan, utamakan untuk membeli obat di faskes (fasilitas kesehatan),” kata Keri.
Meski begitu, Keri menyebut bila sang anak menghadapi kondisi kegawatdaruratan dan hanya tersedia obat dalam bentuk sirop, maka penggunaannya masih dimungkinkan asal dalam pengawasan tenaga ahli.
“Untuk masalah kedaruratan, untuk masalah life saving atau keselamatan nyawa, itu dimungkinkan dengan resep dokter,” kata Keri.