WARTABANJAR.COM, TEHERAN – Demo antihijab di Iran semakin meluas bahkan telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Dilaporkan, setidaknya delapan orang tewas dalam aksi demonstrasi anti-hijab di Iran.
Unjuk rasa pecah di beberapa wilayah di Iran akibat meninggalnya Mahsa Amini, seorang wanita 22 tahun, yang mengenakan jilbab yang dinilai tidak sesuai dengan aturan yang ketat di Iran.
Kemarahan publik pun berkobar setelah kematian Mahsa Amini, yang merupakan wanita Kurdi.
Diplomat top Inggris pada Rabu meminta para pemimpin Iran untuk memilih “jalan lain” termasuk merangkul kesepakatan nuklir ketika protes mencengkeram negara itu setelah kematian seorang Mahsa.
“Kepemimpinan Iran harus memperhatikan bahwa orang-orang tidak senang dengan arah yang telah mereka ambil,” kata Menteri Luar Negeri James Cleverly kepada AFP di PBB.
“Mereka bisa mengabaikan aspirasi senjata nuklir mereka. Mereka bisa menghentikan penindasan terhadap suara-suara di dalam negeri mereka sendiri. Mereka bisa menghentikan aktivitas destabilisasi mereka,” katanya.
“Jalan yang berbeda adalah mungkin. Itulah jalan yang kami ingin Iran ambil dan itulah jalan yang akan melihat mereka dengan ekonomi yang lebih kuat, masyarakat yang lebih bahagia, dan bagian yang lebih aktif dalam komunitas internasional.”
Kelompok-kelompok non-pemerintah mengatakan sedikitnya delapan pengunjuk rasa telah tewas di Iran dalam beberapa hari kerusuhan setelah kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun.
Dia meninggal setelah ditangkap oleh polisi yang bertanggung jawab untuk menegakkan aturan berpakaian ketat republik Islam itu untuk wanita.