Masih dikutip dari Tempo, peneliti dari for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda berpendapat, pilihan pemerintah cukup sulit dalam memutuskan kebijakan BBM bersubsidi.
Jika harga BBM naik di tengah risiko kenaikan harga barang secara global, kondisi tersebut akan membuat inflasi Indonesia semakin tidak terkendali. Apalagi saat ini, inflasi Indonesia sudah mencapai 4,94 persen.
“Jika ada kenaikan BBM akan membuat inflasi akan semakin tinggi. Bisa mencapai lebih dari 7 persen bila Pertalite dinaikkan,” kata Nailul saat dihubungi hari ini.
Inflasi 7 persen itu, kata dia, bisa terjadj jika kenaikkan BBM subsidi lebih dari 50 persen. Menurutnya, jika BBM bersubsidi naik, semua harga barang akan naik dan transportasi bisa terkerek semakin tinggi.
Namun, jika BBM bersubsidi tidak dinaikkan, beban APBN semakin berat. “Maka memang langkah paling pas adalah menaikkan harga BBM non pertalite. Jadi pertalite masih tetap harganya,” ujarnya
Namun demikian, kata dia, kebijakan tersebut pasti akan diikuti oleh pergeseran konsumsi dari Pertamax ke Pertalite. Karena itu, dia menyebut perlu ada antisipasi dari sisi penerima manfaat subsidi dan stok.
Sementara itu, terkait adanya rencana kenaikan harga Pertalite, Kementerian Perdagangan menyiapkan beberapa upaya.
“Ada program Tol laut, Jembatan Udara, sama Griya Maritim. Kita lebih banyak ke situ sama koordinasi dengan teman-teman Pemda,” kata Plt Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Isy Karim di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat, Kamis (18/8/2022), dilansir Detik.com.