Pemerintah juga menyampaikan bahwa akan dilakukan penyelidikan dan mereka yang terlibat akan dihukum.
Melansir Associated Press, China mengekang penyebaran virus corona dengan menerapkan kebijakan ketat nol-COVID.
Kebijakan itu tidak hanya dilakukan dengan pengujian terus menerus dan karantina rutin, tapi juga melibatkan tindakan dari polisi dan petugas kesehatan.
Mereka akan mendatangi setiap rumah yang diyakini ada pasien positif COVID-19 atau melakukan kontak dengan yang terinfeksi.
Beberapa video pembobolan yang tersebar di media sosial menunjukkan pintu dirobohkan dan penduduk diancam akan dihukum, meski mereka dinyatakan negatif dari virus.
Langkah keras lainnya yaitu dengan mengunci penghuni gedung apartemen, memasang jeruji besi di depan pintu, dan penghalang baja didirikan untuk mencegah mereka meninggalkan area apartemen.
Keputusan pemerintah China dalam menerapkan pembatasan sosial secara ketat telah memicu ketidakpuasan, khususnya di Shanghai, di mana kebijakan itu membuat orang kesulitan mengakses makanan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Alhasil, tidak sedikit masyarakat yang melakukan protes langsung atau secara daring.
Sebelumnya, ibu kota Beijing juga menerapkan aturan ketat, yang hanya mengizinkan orang yang divaksinasi memasuki ruang publik.
Kebijakan itu kemudian dengan cepat dibatalkan minggu lalu, setelah aturan itu dikritik karena diumumkan tanpa peringatan dan tidak adil bagi mereka yang belum mendapatkan suntikan.
Untuk terbebas dari COVID-19, China telah menutup sebagian besar perbatasannya, meskipun pariwisata domestik telah meningkat.