Dia mengatakan bahwa anggota asosiasi awak kapal selam Jerman telah memiliki hubungan kolega dan pribadi yang dekat dengan kru KRI Nanggala 402.
Bahkan di antara kru Nanggala 402 yang mengalami musibah naas tersebut, dua tahun lalu sempat mengikuti program pendidikan di angkatan laut Jerman dan masih terus menjalin kontak erat.
“Mereka layaknya Brothers in Arms (tentara bersaudara yang berperang bersama) bagi kami,” kata Setzer.
Ungkapan duka disampaikan oleh para awak kapal selam Jerman dalam upacara penghormatan di tengah rintik hujan yang turun dan diselimuti suhu dingin.
Suasana duka semakin terasa dengan iringan terompet yang melantunkan lagu “Ich hatte einen Kameraden” (saya memiliki seorang sahabat).
Lagu itu biasa diputar di Jerman untuk mengiringi prosesi penghormatan terakhir bagi tentara yang gugur dalam tugas.
Dubes Havas mengapresiasi inisiatif Asosiasi Awak Kapal Selam Jerman dalam menyelenggarakan upacara peletakan karangan bunga.
Ia menyampaikan, “Atas nama Pemerintah Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, para keluarga korban, saya mengucapkan terima kasih atas solidaritas tinggi dari Asosiasi Awak Kapal Selam Jerman. Ini adalah satu-satunya upacara penghormatan bagi para pahlawan yang gugur, yang digelar di luar Indonesia”.
“Acara ini menunjukkan hubungan yang erat di bidang pertahanan, kerja sama Angkatan Laut dan people-to-people dalam konteks kemiliteran antara Indonesia dan Jerman,” katanya.
Upacara penghormatan terakhir bagi kru KRI Nanggala 402 di Jerman itu dilangsungkan di Monumen Kapal Selam di Möltenort Heikendorf.