‘Chef Hutan’ Charles Toto Ungkap Sembilan Fakta di Balik Papeda Papua

    Makin tergeser oleh nasi

    Chef Chato mengamati, makin lama papeda makin tergeser oleh nasi. Perubahan ini sebenarnya sudah lama terjadi. Ketika berusia sekitar 7 tahun, ia sudah mengenal beras. Ketika itu ada kebijakan pemerintah membuka lahan persawahan di Papua.

    “Dulu ada stigma bahwa makan nasi itu modern, bahwa nasi itu untuk masyarakat yang mampu, bahwa kelas nasi lebih tinggi daripada papeda. Informasi semacam ini membuat orang dari kampung merasa bahwa makan papeda dan ikan itu kualitasnya lebih rendah, sehingga kemudian mereka berbondong-bondong mencari nasi,” kata Chef Chato, yang kerap mendapatkan undangan dari luar negeri untuk memamerkan kekayaan kuliner Papua.

    Karena itu, ia selalu gencar menyampaikan pesan bahwa apa yang mereka miliki di kampung sebetulnya lebih baik. Ia berharap, masyarakat Papua paham bahwa menjaga pangan lokal merupakan hal penting.

    Bisa dikonsumsi bayi usia 6 bulan

    Kalau melihat tekstur papeda yang liat, rasanya sulit membayangkan jika bayi juga bisa mencernanya.

    Bagaimana cara menyuapkan papeda untuk bayi? Setelah matang, papeda dimasukkan ke dalam air dingin yang bersih hingga teksturnya jadi lebih kental dan bisa dipotong-potong.

    Potongan kecil inilah yang disuapkan pada bayi. Untuk melengkapi kebutuhan gizinya, potongan papeda itu dikonsumsi dengan ikan kecil sehingga tulangnya juga bisa dimakan, misalnya ikan teri.

    Tapi, apakah usus bayi sudah mampu mencerna papeda? “Papeda lembut untuk bayi, karena 60 persennya adalah air, sehingga baik untuk pencernaannya,” kata Chef Chato, yang bersama Papua Jungle Chef Community bentukannya terus mendata bahan-bahan makanan lokal asli Papua.

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI