Akibatnya, masih ada perkampungan warga yang masih terisolir seperti di Desa Setrokalangan, khususnya di Dukuh Karangturi tercatat 350 keluarga yang aktivitasnya terhambat karena satu-satunya akses jalan menuju kota tergenang banjir dengan ketinggian antara 15 sentimeter hingga 1 meteran. Termasuk 700 keluarga warga Dukuh Goleng, Desa Pasuruhan Lor juga terisolir karena akses jalannya tergenang banjir dengan ketinggian 1 meteran.
BPBD juga sudah membantu warga terdampak banjir dengan menyiapkan perahu aluminium serta posko pengungsian, seperti di aula Balai Desa Kedungdowo, Banget dan Kecamatan Kaliwungu.
Untuk mengurangi dampak banjir di Kecamatan Jati, sudah dilakukan upaya peninggian tanggul di Kencing serta menyiapkan alat transportasi darurat untuk membantu warga. Selama debit air Sungai Wulan masih tinggi, maka upaya membuang air genangan harus mengandalkan pompa penyedot banjir.
“Kami masih tetap siaga, termasuk personel yang ditugaskan di titik lokasi terjadinya banjir untuk melakukan monitoring mengingat intensitas hujannya belum mereda,” ujarnya.
Kepala Desa Setrokalangan Didik Handono mengungkapkan bahwa warganya sudah ada yang mengungsi totalnya sekitar 500-an keluarga. Mayoritas mengungsi ke tempat sanak saudara dan tetangga yang rumahnya tidak tergenang banjir.
Adapun ketinggian genangan banjir yang masuk rumah, kata dia, antara 10 cm hingga 130 cm sehingga ada yang terpaksa mengungsi.
Banjir memang mulai surut hingga 25 centimeter-an, namun sejumlah akses jalan warga masih banyak yang tergenang sehingga belum bisa dilalui kendaraan bermotor. Di antaranya akses menuju Dukuh Karangturi dan Setrokalangan ketinggian genangan antara 60 cm hingga 1,5 meteran. (ant)